Pagertoyo - Salah satu kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh Kader Kesehatan Desa Pagertoyo dalam rangka meningkatkan pemberdayaan masyarakat adalah melalui kegiatan pertemuan kader yang rutin diselenggarakan tiap bulan oleh seluruh kader kesehatan desa Pagertoyo. Kegiatan ini merupakan upaya untuk meningkatkan soliditas para kader kesehatan desa dan juga sebagai sarana penigkatan kapasitas kader kesehatan desa dalam melaksanakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Tak jarang dalam pertemuan kader kesehatan desa Pagertoyo ini bekerjasama dengan Puskesmas Limbangan untuk mendatangkan narasumber dengan membahas kajian-kajian kesehatan yang sangat diperlukan oleh kader kesehatan desa. Begitu pula pada kesempatan pertemuan kader kesehatan desa Pagertoyo di bulan maret 2022 ini, dengan bekerjasama dengan Puskesmas Limbangan mengulas tentang bahaya merokok terhadap lingkungan sekitar.
Kecanduan rokok merupakan masalah global yang serius.”Tiada hari tanpa rokok”, itu kalimat yang cocok bagi pecandu rokok. Dalam beberapa jam saja tidak menghisap rokok, para pecandu akan merasa gelisah dan mulut terasa tidak enak. Seseorang sulit berhenti merokok karena zat nikotin di dalam rokok menyebabkan adiksi atau kecanduan. Nikotin 5 hingga 10 kali lebih kuat menimbulkan efek psikoaktif pada manusia daripada kokain dan morfin.
Banyak orang kesulitan berhenti merokok karena selalu terbayang nikmatnya asap rokok. Kalau sudah begitu, pikiran harus dimanipulasi agar asap rokok tidak lagi terasa enak.
Salah satu terapi alternatif yang bisa membuat tubuh memberikan reaksi negatif terhadap rokok adalah totok rokok. Metode inilah yang dipakai Bapak Arif, seorang narasumber yang mengisi acara pertemuan rutin kader Kesehatan desa pagertoyo dalam membantu orang untuk berhenti merokok.
Selama sekitar lima menit, telunjuk Bapak Arif mengetuk - ngetuk ubun-ubun, wajah, dan dada bapak Jam’ani secara bergantian. Setiap kali melakukan ketukan ke tiga bagian tubuh itu, pak arif meminta bapak jam’ani mengisap rokok dan merasakan perbedaan rasa maupun sensasinya. “Rasanya lebih hambar dari yang pertama,” kata perangkat desa pagertoyo selaku Kasi Kesejahteraan Bapak Jam’ani.
Merokok, kata pak arif, adalah penyakit emosional, bukan fisik. Orang yang merokok adalah orang yang menganggap nikotin itu enak sehingga berefek kecanduan. Orang yang tak merokok tidak suka, bahkan mual, bila menghirup asap rokok. Terapi ini akan membuat seseorang merasakan rokok itu tidak enak, pahit. “Karena tidak enak, orang akan berhenti merokok,” katanya.
Karena itu, orang yang ingin mengikuti terapi ini harus punya keyakinan kuat untuk berhenti merokok. Kalau hanya coba-coba, kata bapak arif, terapi ini tidak akan mujarab. “Saya yakinkan kepada mereka yang hendak ikut terapi, kalau coba-coba, mending tidak usah,” katanya.
Total ada sembilan titik pada tubuh pasien yang perlu diketuk-ketuk. Bermula dari ubun-ubun, kemudian ke bagian wajah yang mencakup titik di antara kedua mata, di ujung mata, di bawah mata, bawah hidung, dagu, bawah leher, dada atas, dan dada bawah. Kemudian pasien diminta menarik dan mengembuskan napas sedalam-dalamnya.
Setelah selesai, pasien diminta mengisap rokok. Biasanya pasien akan merasa hambar saat merokok. Kemudian terapi akan diulangi hingga paling banyak tiga kali.
Share :