Pagertoyo - Menjelang Ramadhan, biasanya masyarakat Jawa gelar ruwahan dan nyadran. Tradisi yang menggabungkan konsep kepercayaan adat dengan ajaran agama Islam. Ruwahan merupakan tradisi kebudayaan Jawa untuk mendoakan orang yang telah meninggal dunia. Sedangkan nyadran adalah rangkaian budayanya, mulai dari pembersihan makam leluhur,Tahlilan, tabur bunga, dan kenduri selamatan di makam leluhur.
Tradisi jelang bulan Ramadan banyak hal dilakukan warga. Sebagaimana yang dilakukan warga Dusun Mangli, Desa Pagertoyo, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal. Mereka melakukan bersih-bersih makam pada hari minggu lalu dan kemudian tahlil bersama di makam setempat (31/03/2022). Bagi masyarakat Dusun Mangli nyadran adalah kewajiban sebagai balas budi pada leluhur.
Spirit nyadran inilah yang kehadirannya selalu dirindukan seluruh warga masyarakat Dusun Mangli. Bagaikan ajang silaturahmi sebuah keluarga besar dengan penduduk sekitar makam leluhur, nyadran terbukti mampu merekatkan hubungan sosial. Tak ada yang merasa terkotak-kotak atau dipandang sebelah mata, sebab mereka punya misi yang sama. Dari sini, terbukti jika nyadran yang merupakan satu bentuk akulturasi budaya ini mampu menjadi salah satu daya perekat sosial.
Suyahman selaku Kepala Dusun Mangli mengatakan bahwa kegiatan tersebut dilakukan setiap bulan ruwah pada perhitungan tahun hijriyah dan diikuti oleh semua warga Dusun Mangli Desa Pagertoyo. Dalam acara itu biasanya dilakukan doa dan tahlil untuk para leluhur atau pepunden dusun. “Disamping itu, tradisi tersebut juga digunakan sebagai ajang persatuan warga Dusun Mangli untuk tetap menjaga tradisi leluhur’’pungkasnya.
Share :